Sugeng Rawuh | Wilujeng Sumping | Selamet Dheteng | Rahajeng Rauh | Salamaik Datang | Horas | Mejuah-Juah | Nakavamo | Slamate Iyoma| Slamate Illai | Pulih Rawuh | Maimo Lubat |

Garut

Catatan Perjalanan 03 Februari 2011
Terkisahlah perjalanan kami menginjakkan kaki di Garut.  Anggota MPK kali ini bertiga saja, berhubung yang satunya tiada bisa dan tiada mungkin untuk ikut.Seperti tulisan-tulisan sebelumnya, dalam tulisan kali ini akan disusun rangkaian ceritanya sebagai berikut:
Sejarah Garut;
Rute Perjalanan;
Candi Cangkuang;
Makam;
Kampung Pulo;
Museum Cangkuang;
Kantor Bupati Garut;
Alun-alun Garut;
Stasiun Tinggal Kenangan.
Marilah kita mulai dengan sejarah Garut terlebih dahulu

Sejarah Garut

Keberadaan Garut tak lepas dari Bapak Daendels (yang tentunya sudah pada kenal ya). Jadi awalnya adalah pembubaran kabupaten Limbangan, yang saat itu karena produksi kopinya menurun dan bupatinya menolak perintah menanam nila diputuskan untuk dibubarkan saja. Tanggal 16 Februari 1813 si Raffles yang merupakan Letnan Gubernur di Indonesia mengeluarkan SK tentang pembentukan kembali Kabupaten Limbangan yang beribu kota di Suci, tapi eh tetapi Suci dianggap tidak layak jadi ibukota Kabupaten karena sempit.
Baca selengkapnya di sini

Rute Perjalanan

Perjalanan ini diawali dari tempat biasa yaituuuu dipati ukur. Silahkan naik angkot jurusan Cicaheum-Ciroyom yang ke arah Circaheum ya. Turun di terminal Cicaheum, jangan lupa bayar ongkos Rp. 2.500 dan kemudian silahkan naik bus Intan Raya atau bus apa saja ke Garut. Umumnya busnya berukuran tanggung tidak lebih besar dari bus standar dan tidak lebih kecil dari Elf. Tarif bus sebesar Rp. 13.000 jika mengikuti rute kami, jika menunggu sampai bus berhenti di pemberhentian terakhir, alias terminal Garut, tambah lagi Rp. 2.000 (berapa jadinya??).Brummmmmmm... sampailah kita di Garut, dan kebetulan rombongan turun di Kecamatan Leles . Kenapa turun disini? Karena petualangan segera dimulai dari tempat ini..hehe. Bagaimana cerita petualangannya.. Let’s check it out..


Candi Cangkuang

Candi Cangkuang
Di kecamatan Leles terdapat sebuah candi Hindu yaitu Candi Cangkuang yang tentu saja menjadi salah satu tempat tujuan utama kami para pejalan kaki. Candi ini digunakan untuk memuja Dewa Siwa, karena itu di dalam Candi ini terdapatlah Arca Siwa. Diyakini sebagai arca Siwa karena pada saat ditemukan arca tersebut digambarkan duduk bersila di atas bantalan teratai. Kaki kirinya ditekuk mendatar dengan telapak kakinya diarahkan ke paha kanan bagian dalam. Kaki kanannya ke arah bawah dengan telapak kakinya terletak pada lapik. Di bagian depan kaki kiri terdapat kepala seekor sapi (nandi) dengan dua telinganya mengarah ke depan. Nah semua ciri-ciri itulah yang memenuhi klasifikasi Arca Siwa. Candi ini masih sering digunakan oleh warga sebagai tempat memuja dan beribadah, baik oleh warga sekitar maupun warga dari luar Garut.
Baca selengkapnya di sini

Makam Arief Muhammad

Tepat disebelah Candi Cangkuang terdapatlah sebuah makam. Makam itu adalah Eyang Dalem Arief Muhammad. Siapakah dia? Dia adalah orang yang menyebarkan agama Islam di Desa Cangkuang Kabupaten Garut. Embah Dalem ini berasal dari kerajaan Mataram di Jawa Timur.


Baca selengkapnya di sini

Indonesia Barat